SEORANG perempuan Afganistan yang diperkosa suami dari sepupunya menghadapi dilema yang amat sulit, iaitu menikahi pemerkosanya atau menghabiskan 12 tahun hidupnya di penjara. Meski sangat berat, ia putuskan pilih opsyen pertama, menikahi pemerkosanya, demi bebas dari penjara, kehormatannya, dan masa depan puteri ciliknya yang lahir dari hasil pemerkosaan itu.
Kejaksaan Afghanistan, Rabu (23/11/2011), menegaskan tentang opsyen itu. Kejaksaan negara itu mengumumkan, seorang korban pemerkosaan, yang dipenjara kerana perzinaan, diberi pilihan untuk menikahi pemerkosanya dan masa hukumannya dikurangi dari 12 tahun menjadi hanya 3 tahun. Pihak kejaksaan mengatakan, perempuan itu menyatakan bersedia.
Gulnaz, , kini berusia 21 tahun dan pemerkosaaan itu terjadi dua tahun lalu. Pengadilan mengatakan, ia dihukum 12 tahun penjara kerana perzinaan. Saat ini dia masih meringkuk di penjara Baghbadam di pinggiran Kabul. Ia menjalani hukumannya bersama anaknya, hasil dari peristiwa pemerkosaan itu.
Pemerkosaan tersebut, yang menurut pengadilan merupakan perzinaan, merupakan aib, bukan hanya bagi dia tetapi bagi komunitinya. Maka, dia diberi pilihan untuk menikahi penyerang agar boleh keluar dari penjara dan melegitimasi bayi perempuannya di mata masyarakat Afganistan yang konservatif. Gulnaz yang saat diwawancara CNN sambil menimang puterinya di pangkuannya menjelaskan, pilihan menikah merupakan satu-satunya cara ia boleh keluar dari penjara dan memulihkan martabatnya.
“Puteri saya, anak kecil yang tidak bersalah. Siapa yang tahu saya akan punya anak dengan cara seperti ini. Banyak orang mengatakan kepada saya bahawa setelah puterimu lahir berikan saja kepada orang lain, tetapi bibi saya mengatakan kepada saya untuk menjaga dia sebagai bukti bahawa saya tidak bersalah.”
Dia ingat hari yang mengubah hidupnya dua tahun lalu itu, yang merupakan awal dari mimpi buruk yang panjang. Si penyerang tiba di rumah ketika ibu Gulnaz pergi untuk sebuah kunjungan singkat ke hospital. “Pakaiannya (pemerkosa) kotor pada saat itu kerana ia pekerja kontrak,” katanya kepada CNN dalam sebuah wawancara eksklusif. “Dia menutup pintu dan jendela. Saya pun mulai berteriak, tapi ia membuat saya diam dengan meletakkan tangannya di mulut saya,” katanya.
Gulnaz mengatakan, dia pada awalnya berupaya untuk menyembunyikan peristiwa itu kerana takut akan dibunuh sebab telah menimbulkan malu atau aib. Tetapi, aib itu terbuka juga. Beberap bulan setelah pemerkosaan itu, ia mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan, berupa mual dan muntah-muntah di pagi hari. Ia tidak boleh menyembunyikannya lagi. Penyelidikan pun dimulai dan terbukti bahawa telah terjadi perzinaan.
Bukannya mendapat simpati, ia malah didakwa. Namun ia menilai, dirinya masih beruntung kerana mendapatkan kesempatan kedua. Banyak perempuan dalam posisi sepertinya telah dibunuh di Afganistan kerana insiden seperti itu membuat malu keluarga atau masyarakat.
Seorang juru cakap Jaksa Agung Afganistan, Rahmatullah Nazar, mengatakan, hukuman terhadap Gulnaz dikurangi menjadi hanya tiga tahun dan bahawa kesalahan utama dia adalah tidak melaporkan pemerkosaan yang menimpanya lebih awal.
Pengacara Gulnaz, Kim Motley, mengatakan, kliennya baru hari Selasa diberi tahu bahwa hukumannya dikurangi dan tidak ada pemberitahuan resmi soal itu.
Rahmatullah Nazari mengatakan, penyelidikan pihak kejaksaan menyimpulkan, tak ada pemerkosaan. Yang terjadi adalah hubungan seks di luar nikah. Maka, keduanya, si lelaki penyerang dan Gulnaz dihukum kerana melakukan perzinaan. “Gulnaz mengatakan bahawa dia diperkosa. Tapi kerana dia melaporkan kejahatan itu empat bulan kemudian, kami tidak boleh menemukan bukti (pemerkosaan) tersebut,” kata Nazari. “Dia dihukum kerana tidak melaporkan kejahatan itu pada waktunya.”
CNN mencari pemerkosa Gulnaz ke sebuah penjara di Kabul. Lelaki itu membantah berhubungan seks dengan Gulnaz. Dia mengatakan, dia menjalani hukuman kerana dituduh melakukan pemerkosaan. Dokumen putusan hukumannya menunjukkan, dia dipenjara kerana “zina”.
Para aktivis HAM mengatakan, kes pemerkosaan sering ditangani sebagai perzinaan dalam sistem pengadilan di Afganistan.
Sementara Nazari menambahkan, bagaimanapun, Gulnaz akan segera menerima pengampunan presiden. “Ada kemungkinan kuat bahawa ia akan diampuni berdasarkan sebuah dekrit presiden pada hari-hari penting mendatang seperti pada Hari Raya Maulid Nabi atau tahun baru Afganistan,” kata Nazari.
Menurut Nazari, penyelidikan pihak kejaksaan Afganistan menyimpulkan, Gulnaz dan si penyerang telah beberapa kali berhubungan seks berdasarkan suka sama suka. Beberapa bulan kemudian, ketika Gulnaz ketahuan hamil, kata Nazari, keluarga mereka bertemu untuk menyelesaikan masalah melalui pola pembayaran ‘ganti rugi’. Ketika pembahasan itu buntu, Nazari mengatakan, tuduhan perkosaan dibuat.
Pengadilan akhirnya menemukan, kedua belah pihak bersalah telah melakukan perzinaan. Gulnaz dihukum penjara dua tahun, dan si penyerang tujuh tahun. Sebuah putusan di pengadilan kemudian menaikkan hukuman Gulnaz menjadi 12 tahun. Pada pengadilan ketiga, yang terjadi bulan lalu, memutuskan bahawa Gulnaz hanya menjalani tiga tahun dari masa hukumannya. Pengadilan itu menyatakan, dia dihukum bukan kerana perzinaan melainkan kerana tidak melaporkan kejahatan itu lebih awal.
Sepanjang wawancara dengan CNN, Gulnaz menjadi emosional tetapi konsisten dan jelas dalam menceritakan kisahnya bahawa insiden pemerkosaan hanya sekali terjadi oleh seorang penyerang, iaitu suami dari sepupunya. Peristiwa itu terjadi saat ibunya berkunjung ke hospital dan ia sendirian di rumah.
No comments:
Post a Comment